SRAGEN, BUSERJATIM GRUOP –
Gunung Kemukus mungkin belum dikenal luas oleh banyak orang, tetapi kawasan seluas 421,3995 hektare ini menyimpan legenda panjang dan sejarah menarik yang jarang diungkap. Terletak di Desa Pendem, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen, Gunung Kemukus sebenarnya lebih pantas disebut bukit karena ketinggiannya hanya 300 meter di atas permukaan laut (mdpl). Namun, bukan wilayah geografisnya yang membuat Gunung Kemukus terkenal, melainkan kisah dan legenda yang melingkupinya.
Legenda Gunung Kemukus berawal dari kisah “Pangeran Samudro dan Dewi Ontrowulan,” yang telah lama menjadi bahan perbincangan masyarakat. Kisah ini diabadikan dalam jurnal karya Desti Widiani dan Jiyanto, berjudul Rekonstruksi Kisah Pangeran Samudro: di Tengah Mitos Ritual Seks Gunung Kemukus, Sumber Lawang, yang diterbitkan pada tahun 2019. Dalam legenda tersebut, Pangeran Samudro adalah sosok yang dihubungkan dengan penyebaran agama Islam di kawasan Gunung Kemukus.
Menurut cerita, Pangeran Samudro adalah putra Prabu Brawijaya V atau Bhre Kertabhumi, raja terakhir dari Kerajaan Majapahit, yang lahir dari seorang selir. Pada masa itu, Jawa berada di tengah transisi dari pengaruh Hindu menuju Islam, seiring menguatnya Kesultanan Demak Bintoro yang bercorak Islam. Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak, diyakini merupakan putra Prabu Brawijaya V, yang berarti Pangeran Samudro memiliki hubungan kekerabatan dengan Raden Patah.
“Banyak kerabat kerajaan Majapahit yang mempelajari agama Islam pada masa itu,” tulis Mira Tayyiba dalam artikel Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen berjudul *Kisah Pangeran Samudera dan Sendang Ontrowulan*, terbitan 3 Mei 2023. Pangeran Samudro sendiri memutuskan untuk tinggal di Demak Bintoro guna mendalami ajaran Islam dari Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang terkenal dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa.
Yang menarik, Pangeran Samudro tidak pergi sendirian. R.Ay Ontrowulan, salah satu selir Prabu Brawijaya V yang sekaligus ibu tiri Pangeran Samudro, turut serta dalam perjalanannya untuk mempelajari agama Islam. Keberadaan Ontrowulan ini kemudian menjadi bagian dari legenda yang kerap diasosiasikan dengan Gunung Kemukus.
Beberapa tahun setelah mempelajari Islam di Demak, Pangeran Samudro diutus oleh Sunan Kalijaga untuk mengembara ke arah selatan, menuju Gunung Lawu. Dalam perjalanan tersebut, ia diminta tidak hanya untuk mendalami ajaran Islam, tetapi juga untuk menyambung kembali tali silaturahmi dengan kerabat Majapahit yang tercerai berai. Banyak dari mereka yang bermukim di sekitar Gunung Lawu, sebuah wilayah yang juga memiliki jejak sejarah kerajaan dan spiritualitas yang kental.
Kisah Pangeran Samudro di Gunung Kemukus ini terus berkembang dari generasi ke generasi, hingga akhirnya muncul narasi-narasi cabul dan ritual yang menyimpang dari sejarah aslinya. Hal ini menciptakan stereotip negatif di mata masyarakat mengenai Gunung Kemukus, meskipun sejarah awalnya penuh dengan nilai-nilai spiritual dan penyebaran agama.
Gunung Kemukus, dengan segala legendanya, sebetulnya menyimpan potensi sejarah yang mendalam jika dilihat dari kacamata yang lebih luas. Narasi cabul yang kini menyelimutinya mungkin hanya salah satu dari banyak lapisan cerita yang perlu direkonstruksi kembali agar masyarakat dapat melihatnya sebagai bagian dari sejarah dan budaya yang lebih bermakna.
Red