Matamaja Group || Majalengka – Menjelang pelaksanaan Kongres XXII Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang dijadwalkan berlangsung pada 28 Juni 2025 di Bandung, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) GMNI Majalengka menyatakan dukungan penuh terhadap suksesnya perhelatan akbar tersebut. Ketua DPC GMNI Majalengka, Hadik Masrur, menegaskan bahwa kongres ini merupakan momentum strategis untuk regenerasi kepemimpinan serta konsolidasi ideologi Marhaenisme di tubuh organisasi.
Dalam pernyataannya pada Sabtu, 21 Juni 2025, Masrur menyerukan kepada seluruh kader di Majalengka agar turut menjaga integritas jalannya kongres. “Kita harus memastikan proses kongres berlangsung sah, demokratis, dan sesuai dengan konstitusi organisasi, yakni AD/ART GMNI. Ini bukan hanya soal pergantian struktur, tetapi peneguhan kembali komitmen perjuangan kita,” ujarnya.
Masrur juga mewanti-wanti terhadap potensi gangguan dari pihak-pihak yang tidak memiliki legitimasi. Ia menyoroti munculnya cabang-cabang fiktif dan kelompok tidak resmi yang diduga berupaya mengacaukan jalannya kongres. “Jangan mudah terprovokasi oleh klaim kelompok di luar struktur resmi. Hanya cabang yang sah dan terdaftar yang memiliki hak untuk ikut serta dalam kongres,” tegasnya.
Lebih lanjut, Hadik Masrur menekankan pentingnya verifikasi data dan identitas cabang peserta kongres sebagai langkah preventif terhadap upaya disinformasi dan provokasi yang dapat merusak moral serta reputasi organisasi. Ia menyampaikan bahwa kejelasan struktur sangat penting demi menjaga marwah GMNI sebagai organisasi kader yang progresif dan berintegritas.
Dalam konteks kemandirian organisasi, Masrur juga menyoroti potensi intervensi dari pihak eksternal, khususnya aktor-aktor politik yang ingin menjadikan GMNI sebagai kendaraan kepentingan pribadi. “GMNI bukan alat politik praktis. Organisasi ini harus tetap netral dan tidak dijadikan batu loncatan oleh elit partai politik,” tegasnya.
Ia mengimbau seluruh kader, khususnya di Majalengka, untuk mempertahankan sikap kritis terhadap segala bentuk politisasi. Menurutnya, GMNI harus tetap berada di garis perjuangan mahasiswa sebagai agen perubahan, bukan terjebak dalam pusaran ambisi kekuasaan.
“Kongres adalah ajang konsolidasi, bukan konflik kepentingan. Oleh karena itu, kita perlu membangun sinergi dan komunikasi antarcabang secara sehat dan konstruktif, agar suasana kongres tetap kondusif dan produktif,” tambahnya.
Sebagai penutup, Hadik Masrur menyampaikan harapannya agar Kongres XXII GMNI dapat menjadi titik tolak bagi penguatan kapasitas kader, revitalisasi ideologi Marhaenisme, dan pengokohan GMNI sebagai wadah perjuangan mahasiswa yang independen, progresif, dan berpijak pada nilai-nilai kebangsaan.
“Jaga legitimasi, lawan provokasi, tolak politisasi, dan mari pastikan GMNI tetap menjadi pelita perjuangan kaum muda Indonesia,” pungkasnya.